Depoedu.com-Untuk tujuan yang sangat praktis, tidak dapat kita pungkiri bahwa banyak orang mengandalkan pendidikan untuk meraih pekerjaan impian mereka. Semakin tinggi tingkat pendidikan, diharapkan berbanding lurus dengan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang baik.
Pekerjaan yang baik bisa saja ukurannya menjadi sangat relatif tergantung masing-masing pribadi. Namun barangkali masyarakat umum lebih menerima bahwa pekerjaan yang baik itu salah satu ukurannya adalah berpenghasilan tinggi.
Sayangnya untuk mendapatkan pekerjaan yang baik atau yang bergaji tinggi bukan perkara mudah. Ini bisa kita lihat dari apa yang digambarkan dalam tulisan beberapa hari kemarin di media ini, tentang begitu tinggi angka pengangguran pada mereka yang bergelar sarjana.
Bahwa berpendidikan tinggi, meraih gelar sarjana, ternyata tidak berkorelasi secara langsung dengan mendapatkan pekerjaan yang baik dan bergaji tinggi.
Jelas demikian. Sebab semua lembaga pendidikan tinggi berani jumawa bahwa lulusan mereka yang terbaik. Siap dikirim ke medan laga pasar tenaga kerja. Dengan sederet pengetahuan dan keterampilan.
Namun ini bukan juga semata-mata salah lembaga pendidikan atau salah para sarjana. Dunia berubah sedemikian pesat. Pasar tenaga kerja menuntut kesiapan dan spesifikasi sedemikian rupa. Dengan demikian jika hanya lulus apa adanya, tanpa kemampuan lebih di atas rata-rata yang lain, tentu sulit membuka pintu memasuki pasar tenaga kerja.
Karena itu lembaga-lembaga pendidikan harus benar-benar peka membaca arah angin kebutuhan pasar tenaga kerja. Tak terkecuali para mahasiswa atau sarjana yang baru lulus. Mereka harus memaksa diri sedemikian rupa untuk menyesuaikan diri dalam bentuk kesiapan nyata untuk masuk dunia kerja.
Tentu tidak bermaksud mengatakan bahwa cara-cara berikut adalah yang terbaik. Tentu tidak sesederhana itu. Ini adalah alternatif.
Jika tidak diadopsi oleh pendidikan tinggi sebagai cara menciptakan lingkungan belajar terbaik, minimal para mahasiswa yang membaca tulisan ini, merenung diri untuk mengidentifikasi kekuatan dan kekhasan dalam dirinya yang kemudian berupaya untuk meningkatkannya menjadi keunggulan mutlak bagi dirinya.
Keunggulan ini tentu saja menjadikannya lebih siap untuk memasuki pasar tenaga kerja. Keunggulan miliknya, adalah kunci untuk membuka jalan daya tawar. Pengetahuan dan keterampilan terunggul pasti layak mendapat ganjaran gaji besar dan penghargaan lain secara materi.
Baca juga : Lomba Antar SMP/MTs se-Provinsi Bengkulu dalam Rangka HUT ke-57 SMA Sint Carolus
Kita bisa belajar dari BINUS, sebagai lembaga atau juga secara pribadi bagi siapa saja yang mau mengembangkan diri.
Bersiap menghadapi, tidak hanya pasar tenaga kerja, tapi juga terlebih siap mengarungi medan laga kehidupan yang bergerak dan berubah sedemikian pesat.
Pertama: Kurikulum Berjenjang dengan Materi-Materi Dasar yang Kuat Sampai Keterampilan Tingkat Lanjut.
Kurikulum berjenjang mengharuskan kita melihat keseluruhan kemudian memulai pendekatan melalui hal-hal khusus dengan detail-detail sederhana yang harus disusun satu demi satu.
Tak seorangpun tukang bangunan yang memulai sebuah rumah dengan pertama membangun atap. Ia pasti mulai dengan membaca rancang bangun secara keseluruhan. Dari sana ia mulai dengan meletakkan fondasi yang kuat agar tiang-tiang dapat berdiri kokoh.
Ia menghitung jumlah dan fungsi ruang-ruang kemudian menggabungkannya membentuk harmoni. Tukang bangunan kemudian mendirikan dinding-dinding untuk mempertegas fungsi antar ruang hingga kemudian melindungi seisi rumah dari hujan dan panas dengan atap yang kokoh.
Untuk menjadi ahli tentu harus menguasai dasar-dasar yang sama baiknya dengan penguasaan keahlian tingkat lanjut. Lingkungan belajar yang sedemikian ini tentu bisa diupayakan oleh mahasiswa sebagai pribadi di lembaga pendidikan manapun, tidak harus menunggu inisiatif dari lembaga pendidikan tersebut.
Kedua: Membuka Kesempatan bagi Siapa Saja Untuk Mengembangkan Kreativitas Baru.
Menguasai dasar hingga keterampilan tingkat lanjut saja, tidak cukup. Lembaga pendidikan dan mahasiswa sendiri harus bisa melahirkan inovasi dan kreativitas baru sebagai pembanding.
Kreativitas baru ini harus terbuka luas untuk menjawab berbagai kebutuhan aktual yang ada. Inovasi tepat guna yang menjawab berbagai kebutuhan nyata yang ada di tengah masyarakat.
Tiga: Portofolio untuk Membangun Personal Branding.
Bina Nusantara University – BINUS – menekankan kurikulum berbasis praktik kemudian mendorong mahasiswanya untuk menghasilkan karya-karya inovatif yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, yang tentu saja bukan hanya industri namun juga kebutuhan masyarakat luas.
Baca juga : Jalan Salib SD Santo Yosef Tarakanita Surabaya: Menghayati Penderitaan Kristus di Masa Prapaskah
Karya-karya inovatif ini kemudian dikapitalisasi menjadi portofolio yang bisa ditelusuri dan diuji. Sangat menarik apabila karya-karya ini disebarluaskan untuk membangun Personal Branding masing-masing mahasiswa.
Personal Branding adalah kesempatan bagi pasar tenaga kerja – dunia industri dan masyarakat luas – untuk mengenali, mengetahui dan menguji kreativitas tersebut secara luas.
Empat: Sinergi dengan Institusi Lain. BINUS bekerjasama dengan banyak pihak, baik lembaga pendidikan maupun industri dalam dan luar negeri. Ini tentu menjadi alat ukur yang baik akan kompetensi mereka.
Sinergi dengan institusi lain juga merupakan kesempatan untuk membangun relasi dan jaringan, sekaligus untuk menegaskan berbagai keunggulan para mahasiswa dalam bursa tenaga kerja domestik juga pasar tenaga kerja global.
Sinergi seperti ini jelas memberikan keuntungan ganda. Untuk mengkonfirmasi berbagai pengetahuan dan keterampilan juga sekaligus ajang untuk menjaring lebih banyak orang dan menjadikan mereka lingkar pertemanan yang positif.
Lima: Alumni sebagai Penyokong Sekaligus Pintu untuk Mengakses Pasar Tenaga Kerja.
Tidak hanya dengan lembaga lain, dalam maupun luar negeri, akses komunikasi dengan alumni merupakan pintu paling cepat untuk mengakses pasar tenaga kerja. Sinergi timbal balik tentu baik bagi lembaga pendidikan sekaligus bagi mahasiswa sendiri.
Mahasiswa bisa mengakses praktik-praktik bisnis serta informasi-informasi yang relevan dari dunia kerja melalui para alumni. Sinergi-sinergi seperti ini tentu menjadi portofolio yang menarik dan personal branding terbaik untuk ditemukenali oleh siapa saja dengan mudah.
BINUS jelas menciptakan lingkungan dan kondisi ideal untuk pengembangan mahasiswanya. Namun seideal apapun lingkungan belajar yang tercipta, pada akhirnya akan kembali kepada mahasiswa itu sendiri.
Mahasiswa, di manapun dia berada, dari lembaga yang memiliki nama beken ataupun yang masih mencari nama, bisa memilih untuk mengadopsi apa yang BINUS lakukan sebagai pribadi. Dengan modifikasi seperlunya untuk kebutuhan masing-masing, cara-cara ini bisa menjadi alternatif baik untuk menyimpan banyak-banyak Sumber Daya Manusia Indonesia ke depan.
Tulisan ini pernah tayang di eposdigi.com, ditayangkan kembali dengan seizin penulis.