Pengembangan Sikap Ilmiah Siswa SD Melalui Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Bagian pertama dari dua tulisan

Depoedu.com – Pengajaran di sekolah bertujuan agar peserta didik menguasai ilmu pengetahuan dari berbagai bidang studi. Ilmu pengetahuan tersebut memiliki dua aspek. Pertama adalah aspek materi dan aspek kedua adalah metode. Aspek terakhir inilah yang mengangkat suatu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan.

Bidang studi-bidang studi di sekolah yang memakai nama ilmu pengetahuan di depannya, juga memuat kedua aspek tersebut. Hal itu berarti kedua aspek tersebut harus dikembangkan dalam pengajaran. Kenyataan yang terjadi di sekolah-sekolah sekarang menunjukkan bahwa tidak ada keseimbangan antara keduanya.

Aspek pengetahuan atau aspek materi lebih mendapat tekanan. Gejala ini tidak terlalu sulit diamati di sekolah-sekolah. Misalnya tampak dalam proses pengajaran yang menggunakan metode ceramah, tanpa mempertimbangkan karakter bidang studi yang bersangkutan.

Apalagi hal tersebut berlangsung di kelas-kelas Sekolah Dasar yang siswanya masih berada pada taraf berpikir konkrit. Demikian pula halnya penyampaian pengajaran melalui pendekatan transfer lainnya.

Proses pengajaran seperti di atas membatasi kebebasan siswa untuk menggunakan kemampuan panca indranya untuk bergaul dengan alam kebendaan di sekitarnya. Proses ini hanya memungkinkan mereka untuk menguasai pengetahuan teoritis saja dan mengabaikan cara kerja ilmu pengetahuan. Padahal keduanya merupakan suatu kesatuan yang seharusnya tidak terpisahkan.

Jika proses pengajaranseperti itu terus dibiarkan, maka akan membuka kemungkinan di mana peserta didik tidak mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang suatu bidang studi tertentu, bahkan tidak memiliki sikap ilmiah.

Karena sikap ilmiah hanya dapat ditumbuhkan melalui tindakan fisik terhadap alam kebendaan. Bahaya lain dari situasi di atas adalah pendidikan di sekolah-sekolah kita tidak mampu membekali lulusannya dengan sikap ilmiah. Akibatnya bangsa kita akan terus bergantung pada penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa lain.

Baca Juga : Penelitian Membuktikan Bahwa Anak Yang Sukses, Mempunyai Ibu Yang Bahagia

Situasi tersebut merupakan masalah yang harus segera ditanggapi, jalan satu-satunya adalah mulai mengembangkan sikap ilmiah melalui pengajaran di sekolah. Bidang studi yang paling strategis untuk mulai menanamkan sikap ilmiah sejak dari Sekolah Dasar adalah bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam.

Bagaimana Ilmu Pengetahuan Alam dibangun dari pengetahuan alam? Bagaimana mengembangkan sikap ilmiah siswa Sekolah Dasar? Bagaimana pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat digunakan sebagai wadah untuk membina sikap ilmiah?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi pusat perhatian penulis dalam pembahasan tentang pengembangan sikap ilmiah. Akan diturunkan dalam dua tulisan dan diposting dua hari berturut-turut.

Pengetahuan Alam menjadi Ilmu Pengetahuan Alam

“Segala manusia ingin mengetahui….” demikian kalimat pembuka karya Aristoteles yang berjudul Metafisika. Keinginan mengetahui tersebut berkaitan erat dengan gejala-gejala alam yang ditangkap oleh panca indra. Pengalaman indrawi tersebut kemudian dibawa ke alam pikiran.

Proses selanjutnya adalah proses berpikir. Di otak, tanda yang ditangkap oleh panca indra trsebut kemudian diproses bersama dengan konsep, fakta, data yang sudah berada pada memori otak. Hasil dari proses tersebut biasanya berupa pemahaman tentang gejala alam tersebut atau berupa pertanyaan lebih lanjut tentang gejala alam tersebut.

Pemahaman mengenai gejala alam tersebut kemudian diabstraksikan melalui kemampuan lain pada manusia yaitu kemampuan berbahasa verbal. Bentuk yang lebih konkrit dari abstraksi pemahaman gejala alam tersebut adalah pernyataan dalam bentuk kalimat dan kata-kata. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa manusia mengetahui sesuatu.

Jadi proses lahirnya pengetahuan didahului oleh penangkapan gejala alam oleh panca indra. Proses itu kemudian mendorong rasa ingin tahu tentang gejala tersebut. Gejala alam tersebut kemudian diproses di otak.

Baca Juga : Pola Asuh Toxic Ini Harus Dihindari Orang Tua Agar Tumbuh Rasa Percaya Diri Pada Anak

Proses itu kemudian melahirkan pemahaman atas gejala tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengetahuan lahir melalui proses berpikir. Peranan panca indra dalam proses pengetahuan masih sangat terbatas.

Pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir tersebut terpisah-pisah dan kebenarannya bisa jadi diragukan, Ilmuwan kemudian mengumpulkan dan mengklasifikasikan pengetahuan yang terpisah-pisah tersebut secara sistematis melalui langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan secara teoritis. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut.

Langkah pertama adalah ilmuwan menangkap permasalahan dari suatu gejala alam atau peristiwa. Permasalahan tersebut kemudian dirumuskan secara jelas dan tegas. Perumusan secara jelas dan tegas terhadap pemasalahan adalah penting untuk menuntun kerja ilmuwan selanjutnya.

Langkah kedua adalah pengajuan dugaan sementara atau hipotesis terhadap permasalahan yang diajukan. Hipotesis ini merupakan penjelasan sementara tentang masalah tersebut. Tahap ini mengharuskan ilmuwan untuk membaca bahan bacaan yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak dicari jawabannya dan berpikir lebih dalam lagi.

Langkah ketiga adalah menerapkan suatu cara berpikir deduktif. Dalam langkah ini ilmuwan menetapkan hal-hal apa saja yang diamati seperti tersebut dalam hipotesis yang telah diajukan. Langkah ini memudahkan langkah selanjutnya yaitu langkah pengumpulan dan analisis data. Dalam langkah ini kebenaran hipotesis teruji.

Benar tidaknya hipotesis tergantung pada cocok tidaknya implikasi hipotesis dan data empiris yang diperoleh. Data-data empiris tersebut dikumpulkan melalui observasi terhadap variable tes dan eksperimen. Data perolehan tersebut kemudian dianalisa. Hasil analisa tersebut disimpulkan oleh para ilmuwan.

Setelah kesimpulan diambil, kita memasuki langkah yang terakhir dari cara kerja ilmiah, yaitu penerimaan atau penolakan hipotesis. Penerimaan atau penolakan hipotesis tergantung pada kecocokan hasil analisa dan hipotesis yang diajukan.

Baca Juga : Sekolah Di Jepang : Liburan Dengan Seabrek Pekerjaan Rumah

Donald Ary dkk. mengatakan bahwa dalam pendekatan ilmiah, seorang ilmuwan tidak dituntut untuk membuktikan hipotesis. Hal ini akan menyangkut ciri kebenaran mutlak yang bukan merupakan ciri pendekatan ini. Dalam pendekatan ini seorang ilmuwan hanya akan menyimpulkan bahwa bukti-bukti yang diperoleh mendukung atau menolak hipotesis.

Langkah-langkah tersebut di atas hanya dapat dipisahkan secara teoritis, tetapi dalam praktek langkah-langkah tersebut merupakan kegiatan yang saling melengkapi dan tidak harus mengikuti urutan yang kaku.

Dengan demikian jelas bahwa kebenaran dan objektivitas Ilmu Pengetahuan Alam hanya dapat dibangun melalui metode-metode tertentu. Dalam proses ilmu pengetahuan, ilmuwan dengan panca indra dan kemampuan penalarannya, melalui metode-metode tertentu, bergaul dengan benda-benda alam.

Di sinilah letak perbedaan dengan proses memperoleh pengetahuan. Jika dalam proses pengetahuan penalaran memainkan peranan terbesar sedangkan kemampuan panca indra berperan terbatas, maka dalam proses Ilmu Pengetahuan Alam, peranan penalaran dan panca indra sama-sama besar untuk mencapai kebenaran dan objektivitas ilmu pengetahuan alam.

Ilmu pengetahuan alam dibangun dari pengetahuan keilmuan oleh ilmuwan dengan kemampuan panca indranya dan kemampuan penalaran melalui metode ilmiah bergaul dengan benda-benda alam. Jadi, sebelum itu sebuah pengetahuan tidak bisa disebut ilmu pengetahuan.

Tulisan berikut, bagian dari tulisan ini, akan diposting besok, membahas secara teknis tentang bagaimana sikap ilmiah dikembangkan melalui pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam. 

Foto:dm.sch.id

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca Juga: Pengembangan Sikap Ilmiah Siswa SD Melalui Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam […]